Dosen Tamu STFI Sadra Sampaikan Presentasi Seminar dalam Internasional UIN Syarif Hidayatullah

IMG_0484

 Dosen Tamu STFI Sadra Prof. Dr. Muhammad Abd. Khodai berkesempatan memberikan materi dalam seminar internasional yang bertajuk “Perkembangan Filsafat di Iran” yang diseleggarakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra dan ICAS-UP Jakarta pada hari Selasa 4 Maret 2014. Hadir sebagai peserta dalam seminar ini beberapa dosen pengajar dan ratusan Mahasiswa di perguruan tinggi islam tersebut.

Prof. Dr. Muhammad Abd. Khodai mengulas kilas balik perjalana filsafat di Iran dengan menegaskan keterikatan filsafat islam itu sendiri secara historis kepada khazanah pengetahuan di era sebelumnya yakni pada masa para filosof  linuhung seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Islam dalam pandangan para ilmuwan di Iran,  menempatkan ilmu dan pengetahuan dalam kedudukan yang tinggi. Dalam peradaban umat Islam, ilmu pengetahuan mempunyai peranan yang penting yaitu sebagai katalisator pembangkit yang mengubah kehidupan umat manusia menjadi lebih baik. Dan sumber dari seluruh pengetahuan ini adalah Filsafat.

Prof. Dr Murtadha al-Muthahari mengatakan, “Saham Iran dalam filsafat Islam lebih besar daripada dalam bidang-bidang ilmu yang lain.” Hal ini beliau buktikan dengan usahanya membuat daftar bibliografis yang berisi paparan tentang thabaqat pada filsuf pada masa Islam dari periode pertama hingga sekarang. Ini adalah usaha pertama, karena kalau kita telah mengenal banyak buku yang menceritakan thabaqat fuqaha, nyaris belum ada buku dalam bidang filsafat. Beliau mengatakan, “Meniliti perkembangan filsafat secara kronologis tidaklah mudah. Tapi kita dapat menyebutkan thabaqat filsuf berdasarkan hubungan guru-murid serta orang-orang sezaman bagi masing-masing thabaqah, baik berperan dalam pengajaran bagi generasi setelahnya atau tidak, tapi sekedar menjadi murid bagi orang-orang sebelum mereka atau sekadar sezaman.”

Perkembagan filsafat di kalangan islam telah banyak disebutkan dalam buku-buku sejarah berikut dengan kisah kemandekannya pasca Ibnu Rusyd. Kematian Ibnu Rusyd (Averroes) secara efektif menandai akhir dari suatu disiplin tertentu dari filsafat Islam biasanya disebut Sekolah Arab Peripatetik , dan aktivitas filosofis menurun secara signifikan di negara-negara Islam Barat, yaitu di Spanyol Islam dan Afrika Utara, namun di Iran, sejarah becerita lain. Setelah Ibn Rusyd, muncullah beberapa filosof yang menelurkan pemikiran-pemikiranya yang brilian dalam bidang filsfat. Kita bisa menyebutkan hanya beberapa, seperti yang didirikan oleh Ibn Arabi dan Mulla Sadra . Sekolah-sekolah baru ini sangat penting, karena mereka masih aktif dalam dunia Islam. Yang paling penting di antara mereka adalah Hikmah Pencerahan (Hikmat al-Isyraq) dan Transenden Teosofi (Hikmat Muta’aliah).

Di akhir Dinasti Qajar dan memasuki Dinasti Pahlevi berkuasa, kondisi intelektual di Iran lesu dari pemikIran filsafat dan ‘Irfan,  Kondisi ini disikapi secara serius oleh ‘Allamah Thabathaba’i. Ia berjuang keras mengembalikan filsafat kepada singgasananya. Dengan segala kegigihannya, Allamah Thabthabai berhasil membuktikan pentingnya kembali di ajarkan filsafat di hauzah-hauzah ilmiah. Bahkan, kegigihannya mengajarkan filsafat ini, menjadi alasan kuat mengapa Allamah Thabathabi tidak menjadi marja’.

Buah dari usaha tersebut adalah sederetan tokoh kaliber dunia yang diakui seperti Ayatullah Ali Khamene’i, Ayatullah Murtadha Muthahhari, Ayatullah Behesyti, Ayatullah Behjat, Ayatullah Montazeri, Ayatullah Ja’far Subhani, Ayatullah Nasir Makarim Syirazi, Ayatullah Jalaluddin Asytiyani, Ayatullah Mehdi Ha’eri Yazdi, Ayatullah Taqi Misbah Yazdi, Ayatullah Fadhel Lankarani, Ayatullah Musawi Ardabeli, Ayatullah Ibrahim Amini, Ayatullah Hasan Zadeh Amoli, Ayatullah Jawadi Amoli, dan banyak lagi lainya. Mereka inilah yang hingga saat ini menjadi pewaris tradisi keilmuan di Iran.

Menariknya,  kekayaan tradisi keilmuan Iran tidak alergi untuk berinteraksi dengan  pemikiran-pemikiran komparatif ilmu-ilmu modern dan filsafat Barat. Materialisme, eksistensialisme, marxisme, positvisme, dan beberapa aliran pemikIran Barat lainnya mulai diulas dan dikomentari serta dikritisi oleh para mullah ini. Sehingga tidaklah menjadi asing di tanah Iran untuk mengutarakan pikiran-pikiran seperti Sartre, Immanuel Kant, Descartes, Charles Darwin, Betrand Russel, Thomas Aquinas, Fransisco Bacon, bahkan Karl Marx atau Nitszhe, dan lainnya. Dengan interaksi yang sangat dini dengan pemikiran-pemikiran barat inilah para filosof Iran mendapatkan peluang untuk menjaga kelestarian kajian filsafat sebagai basis dari seluruh pengetahuan.

Leave a comment