Mendaras Akhlak (Kuliah ke-4)

Sombong dan Pengaruhnya 

Hari ini kita akan berbicara tentang sombong, sudah siapkah Anda bersikap sombong? Kita akan berbicara tentang sombong, istilah sombong dari bahasa Arab takabur, salasun min umahati al-Afrod al-Fadhil, tiga bukan dari min sulasu umahat al-qalbiyah salasu indal nayali wa-naroqi. Pertama, adalah penyakit hati yang paling pokok, setiap istilah punya makna. Beda antara al-kibru dengan istikbar, lebih mana dahulu al-Kibru atau istikbar? Pertama adalah al-Kibru, yang kedua al-Khiyar, dan yang ketiga adalah al-Hasad atau al-IghidLimada hadihi salasa tu`kabar min umahati al-Kibru, ada cerita duhulu di IAIN ada kuliah bahasa Arab, semuanya yang digunakan bahasa Arab hingga akhirnya pelajarannya tidak dimengerti, semua mahasiswa belajarnya bahasa Arab dan mahasiswa mempunyai dua beban yaitu beban berbicara bahasa Arab dan mengetik makalah dengan bahasa Arab. Disana ada anak yang pintar dengan bahasa Arab, akan tetapi dia tidak bisa menyampaikan apa yang dia telah pelajari dengan bahasa Arab yang tepat, dia pintar tetapi tidak bisa menyampaikan dengan bahasa Arab yang benar, membaca teks bisa, memahami bahasa Arab bisa, berbicara bisa. Akan tetapi, dalam menuliskan kembali apa yang dia pahami dengan bahasa Arab dia tidak bisa. Sehingga, pada waktu dia menulis makalah yang dia sudah pelajari terjadi pendangkalan keilmuan. Makanya, disebutkan bahasa sebagai alat komunikasi dan keilmuan, akan tetapi banyak orang hebat, saintis, yang sekarang ini pemikirannya mempengaruhi Eropa, dan dia orang Jerman yang tidak bisa bahasa Inggris dalam komunikasi, tetapi dia memahami bahasa Inggris dalam teks… Makanya, bahasa Arab bagi ilmuan tujuan pokoknya memahami sains, Anda bisa menjadi ilmuan hebat mau pergi kemana pun, Anda akan hebat apabila menguasai keduanya baik secara lisan maupun tulisan, karena itu akan menolong Anda dalam mengkomunikasikan apapun….

Kenapa tiga hal ini disebut dengan al-Afrod al-Kolbiyah Umahat dan umahat disini adalah pokok, ‘kenapa disebut al-Kibir? Lama mikir, kalau diserap dosanya berkurang. Pemikir itu cepat kurus bukan berarti orang gemuk tidak mau berpikir, “Saya pemikir makan terus”,  ada orang kalau sumpek makan terus dan ada yang lagi sumpek tidak mau makan, itu kembali pada masing-masing, ‘kenapa kamu gemuk lagi’ sedang berpikir dan ‘kenapa kamu kurus’ lagi berpikir…. Kenapa demikian, karena semuanya terkait dengan akidah, dan bila tetap ada akan merusak. Menurut al-Ghazali dari ketiga itu akan menjadi penyakit hati, dan banyak sekali, an-Naraqi juga memberikan penjelasan tentang tiga hal tadi walaupun ada tambahan-tambahan.

al-Kibir, orang yang kibir berarti menyamakan dirinya dengan Tuhan, dia tidak perlu mencari Tuhan karena dirinya sebagai Tuhan. Ini yang disinyalir dalam al-Quran ‘ada orang-orang yang menjadikan kawannya sebagai Tuhan’.

Riya, ada perkataan Imam Ali “berbuat karena orang lain itu adalah riya, tetapi tidak berbuat karena orang lain itu adalah syirik”, karena berbuat karena orang lain bukan ibadah, jadi berbuat demi orang lain itu lebih baik dari pada tidak berbuat sama sekali. Riya yang dikatakan Sayed Nasr adalah tidak berbuat karena orang lain, itu namakan syirik lebih besar dari pada syirik Khuhasbah. Semua ajudan-ajudan Firaun banyak tidak berbuat, karena Firaun, mereka takut pada Firaun bukan pada Allah. Riya berarti mencari Tuhan selain Tuhan, mana yang lebih besar kibir apa riyah? Ternyata yang paling besar dari keduanya adalah kibir, yaitu demi Allah dan yang lain dia sudah menyatu pada dirinya dia adalah Tuhan dan Tuhan adalah dia. Dia tidak mencari Tuhan, kalau riya lain, dia berbuat karena orang lain saja.

hasad, kenapa demikian? Kalau ini merasa dirinya sebagai Tuhan, kedua dia mencari Tuhan pada dirinya dan selain dirinya, dan yang terakhir adalah dia menyalahkan keputusan Tuhan. Bagi semua ini adalah merupakan perusak bagi akidah… Sekarang, kita kembali lagi pada kibir, kibir merupakan penyakit hati yang sangat tidak bagus dan merupakan dosa besar. Apa itu kibir? Kata an-Naraqi seseorang itu akan dikatakan kibir apabila ada unsur melihat dirinya lebih dari yang lain, rohyatun nafspenglihatan diri lebih baik dari pada yang lain. Saya lebih baik dari dia, saya, saya tetapi belum mewujud dalam perbuatan, baru kata-kata dalam hati saja, dan kibir adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang, seperti pertanyaan apa bedanya ujub dan kibir? Kalau ujub itu melihat ada kelebihan yang ada pada dirinya, tetapi belum membandingkan dengan orang yang lain. Contohnya, ketika seseorang melihat pada kaca “wah usia saya 51 tetapi kelihatannya 31”. Disana kita bisa melihat perbedaan yang mendasar antara kibir dan ujub, terkadang kita tidak merasa seperti itu, lihat baju bagus terbesit dibenak kita, dia berjalan karena ujub mengantarkan pada hal-hal yang lain, melihat gaya sendiri dan begitu selesai ada orang lain, dia mengatakan wah aku lebih hebat dari dia, yang tadinya ujub berujung menjadi kibir.

Kelihatan tidak antara ujub dan kibir tadi? Walaupun ada indikasi kesana, tetapi kita tidak tahu itu baru penglihatan diri terhadap diri sendiri. Penglihatan pada diri ini ditambah lagi dengan membandingkan dengan orang lain. Kibir baru diwujudkan dengan perbuatan, sikap, melihat orang saja merendahkan, dan sebagainya, biasa dalam bahasa gaul anak sekarang siapa loe dan siapa gue. Walhsail, kibir akan terwujud dalam perbuatan yang nyata seperti, merendahkan orang, makanya orang dalam al-Quran dikatakan bahwa tidak mau berdoa dan dia tidak minta pada Allah itu termasuk mahluk yang sombong (al-ladina yatadabaruna), karena dia tidak sadar fungsi, dia menyamakan dirinya sebagai Allah. Seperti terdapat pada Negara komunis yang mengajarkan teologi pada anak-anak, sang guru berkata anak-anak: “coba kalian minta pensil dan penghapus pada Tuhan dan pejamkan mata lihat”, lihat adakah pensil diatas meja kalian? Tidak ada kan, paling mudah mengajarkan teologi pada anak-anak kecil seperti itu, dan kemudian guru berkata lagi: “sekarang kalian minta pensil dan penghapus pada pak guru sambil mata kalian dipejamkan”, anak-anakpun serempak mengatakan: “guru kami minta penghapus”, diam-diam si guru membagikan penghapus tersebut, dan menyuruh anak-anak membuka mata mereka. Gurunya-pun menanyakan pada anak-anak tersebut apa ada Tuhan? Tidak ada, dan kemudian guru tersebut menanyakan apakah ada pak guru? Dengan serempak anak-anak menjawab bahwa yang ada pak guru bukan Tuhan.

Tuhan ada karena Anda mengatakan bahwa Tuhan itu ada, makanya Tuhan menjadi real, tetapi kalau Anda mengatakan bahwa Tuhan tidak ada, maka Tuhan-pun tidak ada. Apa yang barusan yang Saya katakan jangan sampai Anda terpengaruh, nanti pada saat Anda berdoa berkali-kali tetapi tidak dikabulkan, namun ketika Anda pergi ke pak camat dan meminta sesuatu ternyata dikabulkan, sedangkan minta pada Tuhan tidak. Pak camat saja memberikan, tetapi kenapa Tuhan tidak memberikan.

Kalau sudah dalam bentuk perbuatan, dinamakan dengan takabur. Namun, beda halnya dengan Tuhan, Dia bukan hanya omongan semata, “apa buktinya bahwa Allah mutakabir”? Allah menciptakan alam tanpa arsitek, lain dengan manusia. Apa arti mutakabir bagi Tuhan? Tuhan adalah mutakabir yang berasal dari kata-kata Tuhan besar tanpa adanya unsur lain yang mengatakan Ia besar, karena dinisbatkan pada Tuhan maka sudah sepantasnya. Akan tetapi, kalau dinisbatkan pada manusia tidak sesuai karena manusia sangatlah terbatas untuk melakukan mutakabir.

Takabur merupakan proses yang bisa dilihat atau boleh dikatakan merupakan sebuah perkataan dalam bentuk perbuatan dan berbenihkan dari kibir. Kibir lahir dari sikap ujub, makanya hati-hati jangan terheran-heran diri, ketika kita hendak bercermin hendaknya kita berdoa allahuma kama hansanta kholqi pahasim khuluk: setelah Engkau membaguskan hatiku maka baguskan juga moral ku.  Dari perbuatan ujub akan melahirkan kibir dan kibir melahirkan takabur, perbuatan ini kelihatannya kecil tetapi dosanya sangat besar. Kalau Umar Ibrahim dikelas berbicaranya kencang-kencang, itu namanya sedang dalam proses mencalonkan diri menjadi Tuhan pada tahun 2014; ada Tim Sukses, mempunyai Tim black home pane, kemudian ada wartawan-wartawan yang Saya bayar untuk membesarkan nama Saya dimana-mana. Pada dasarnya, Saya tidak begitu seperti yang dibesar-besarkan oleh wartawan, kata Imam Ali dibesar-besarkan oleh orang lain, namun pada dirinya tidak ada dan dia menyetujuhinya dia membohongi dirinya sendiri, dinamakan kemungkaran dan kebohongan publik.

Biasanya, kalau orang dipuji-puji orang lain dan Saya tertawa-tawa riya dan Saya mengatakan masa bodoh dengan hal itu karena Saya tidak seperti itu. Dia setuju pada pujian orang lain, tetapi kalau dikritik dia tidak mau, dan dia berbicara pada dirinya sendiri bahwa dia mengkritisi hal yang sudah ada apa dirinya. Itu menunjukan bahwa pada dasarnya manusia suka dipuji dan tidak suka dikritik, makanya sejak dahulu kita harus membiasakan diri kita menerima kritikan orang lain senikmat kita memakan kripik pedas. Bila prosesnya lebih besar maka dia akan menjadi kekuatan dan semua kekuatan itu digunakan untuk membantu dia untuk membebaskan dirinya bahwa dirinya tidak bersalah, maka proses itu disebut dengan istikbal. Kalimat tambahan alif, sin, dan ta, nanti kalian cari dalam al-Quran, maka itu artinya tolak.

Kaf, ba, dan ra adalah kibir seperti meminta ampunan (kofaro istigfar), dia sudah menuntut kepada orang lain, siapa pun dengan kekuatan yang dimiliki untuk membesarkan namanya─yang sebenarnya tidak ada apa-apanya, sebelum zaman Nabi Muhammad pun sudah ada (suhul ukhod). Mereka, membayar penyair-penyair, contoh; Saya anak penzinah dan nasab bapak Saya tidak jelas, dia meminta tolong penyai-penyair untuk memperjelas nasabnya dan membuat sejarah yang hebat dalam kehidupannya demi kekuasaan. Dibuatlah syair, banyak orang-orang kaya yang berjuang menjadikan dirinya sebagai orang yang penting padahal sebenarnya tidak. Makanya, pada masa itu penyair-penyair lebih menakutkan dibandingkan mentri-mentri.

Penyair bisa membuat imaj masyarakat menjadi baik, jelek, dan sebagainya melalui syair-syairnya, dalam al-Quran al-kuh wal mahdud, makanya itu betul. al-Quran dikatakan mu`jizat kan?  Mu`jizat itu artinya apa? Ada sesuatu yang menjadi kebanggaan masyarakat yang dilakukan, ketika ada kalimatajaza yajizu i`jaz adalah melemahkan dan orang tersebut disebut dengan ajuz. Jika, Anda menyampaikan suatu pemikiran atau apapun dan tidak mau melemahkan paradigma yang selama ini sudah Anda anggap benar, maka Anda tidak ikhlas. Seperti, ada pertanyaan mengapa Nabi Isa dengan kaumnya? Mengapa Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati? Semuanya, mempunyai alasannya dan itu namanya mu`jizat. Itulah, menerangan mu`jizat begitu pun dalam al-Quran disebutkan seperti itu, alasan kenapa model al-Quran seperti itu? Sehingga disebut mu`jizat, berbeda dengan yang lain, itulah mu`jizat. Seandainya, Anda datang lalu menyampaikan sebuah pemikiran dengan gaya yang khas, itu dinamakan mu`jizat dalam artian memamerkan apa yang menjadi sebuah kebanggaan yang sudah ada dan itu arti secara bahasanya.

Ketika seorang sudah berkuasa dan mempunyai uang, para penguasa dengan mudahnya memperjelas nasab kehidupannya yang dulunya tidak jelas. Setelah, diperjelas dibuatlah sejarah yang bagus, begitu syair dibacakan bahasa yang indah dan disampaikan dimana-mana disitulah orang mulai berselisih. Mulai berselisih; ada yang mengatakan dia hebat, karyanya banyak, dan sebagainya, banyak perdebatan disana yang pada akhirnya berpengaruh pada generasi berikutnya. Saya pernah baca buku al-Qisosul Arabiyah berceritakan ada seorang budak, budak ini selalu ditemani oleh khimarnya (keledai), dari mulai makan dan sebagainya, menurutnya teman yang baik adalah khimarnya tadi. Ketika dia dimarahi oleh majikannya, dia selalu berbicara (curhat) pada khimarnya, namun pada suatu hari ditengah Padang Pasir khimarnya mati dan dia-pun menguburkan khimarnya tersebut.

Setelah menguburkan khimarnya, dia menangis tersedu-sedu karena teman satu-satunya mati dan menangis, kalau pulang ke rumah majikannya dia akan menjadi budak terus pada akhirnya dia tidak pulang melainkan menamani keledainya yang sudah dikuburkan dan selalu menangisinya, setiap ada kafilah berhenti dan menanyakan kepada budak tadi apa yang anda tangisi? Kemudian, budak menjawab sambil meletakkan tangannya diatas kuburan keledainya ini dan berkata: “ini adalah teman Saya, guru saya, orang hebat yang menentukan segala kehidupan Saya”, bundak itu selalu menyebutkan bahwa yang dia tangisi adalah orang hebat. Akhirnya, setiap orang yang datang mencari keberkahan pada kubur keledai tadi, pada saat itu dia dimulai heran ”wah berarti Saya ini mulai hebat”, begitu hebatnya dia mulai menyombongkan diri luar biasa dan mulai berjaya. Karena, keberjayaannya dia mulai memakai pakaiannya yang tebal dan sorban yang tebal, disitulah dia mulai takabur. Ketika dia melihat makin banyak orang-orang yang datang padanya, dia menyewa penyair untuk membuat syair bahwa dirinya wali. Akhirnya, apa yang terjadi selesailah permasalahan itu. Itulah analogi dalam menjelaskan kibir, dan takabur, dan ini bisa terjadi pada semua orang, bila ada kesempatan penyakit datang jika tidak diwaspadai akan terus berkembang.

Ceritapun berlanjut, tuannya mencari budak tersebut karena tidak ada budak yang sebaik dia yang mau didzalimi, tuannya mencari kemana-mana begitu dia mencari pada sebuah desa. Dimana-mana kalau ada tempat kramata pasar selalu ramai, akhirnya tuannya pun mendatangi pasar tersebut dan mengatakan ada apa disini? Disini ada kuncen (juru kunci), setelah dilihat ternyata kuncen yang dimaksud adalah budaknya. Tuannya pun menghampiri budaknya dan budaknya pun ada rasa ketakutan, takut majikannya membuka rahasia yang dia simpan, budakpun berkata: “Apa yang sedang engkau cari tuanku”? Majikan: “Saya sudah mencari kamu bertahun-tahun dan kenapa kamu seperti ini”? Budakpun, menceritakan kronologis kejadian yang menimpah dia? Majikannya pun mengatakan saya memaafkan kamu, tetapi tolong satu hal (dalam hal ini majikannya lebih hebat dalam melalui hal kibir, takabur, dan sebagainya) tolong kamu bilang pada jama`ah yang ada disini bahwa yang dikubur disini adalah anaknya, karena keledai ini mempunyai bapak dan bapak keledai ini ada pada majikannya. Bilang pada jama`ah kamu bahwa dalam kuburan ini hanya anaknya saja, ada yang lebih hebat yaitu bapaknya, budakpun berkata: “tuan bukannya bapak dari keledai itu belum mati? Iya, setelah saya dari sini saya akan membunuh bapak keledai tersebut dan saya akan kuburkan.

Kalau kita lihat tuannya ini ingin melakukan istikbal, maka dari itu raja-raja, sultan-sultan, lurah-lurah, dan lain sebagainya pro pada dia bahwa dirinya hebat. Orang tersebut sedang melakukan proses istikbal, sangat berbahaya sekali. Sekarang saya mau tanpa pada Anda, kita ini masih dalam proses ujub, kibir, takabur atau istikbar?

Pertanyaan: kalau yang ujub tadi dikatakan ada pada rana hati, tetapi kalau menganalisis kekurangan dan kelebihan pada diri kita bagaimana?

Jawaban: kalau seperti itu tidak apa-apa karena itu sebuah pengenalan diri. Katanya Imam Ja`far Sodhik dikatakan ciri orang mu`min adalah ingat pada Tuhan, selalu ingat pada kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan, dan melupakan seluruh amalan kebaikan yang telah dia lakukan.

Janganlah kita merasa telah berbuat baik, biarlah orang lain yang menilai itu semua, kalau kita membuka kebaikan kita bisa dikatakan istikbal. Pernah ada seorang ustad hidupnya masyallah luar biasa, kuliahnyapun luar biar sampai dia menjadi professor dan nyaris menjadi doktor, namun dia tidak pernah cerita pada ibunya kalau pada saat dia kuliah memiliki prestasi yang banyak, menderita, dan lain sebagainya─yang dia ceritakan hanyalah kesuksesan-kesuksesan tetapi semua kehebatan dan kebaikannya tidak pernah dia ceritakan. Dia selalu menceritakan: “Alhamdulillah ibu saya suda mau serjana, Alhamdulillah ibu saya sudah begini, begini dan sebagainya.

Pada suatu hari ada seorang wartawan dan cerita kehidupannya diangkat oleh wartawan tadi dalam sebuah majalah al-Ihsan, ibunya menangis ketika cerita itu dibacakan oleh orang, ternyata anaknya begini sengsaranya. Dalam cerita tersebut ibunya tidak tahu, karena anaknya tidak pernah menceritakan pada ibunya, dia tidak berani menceritakan kisahnya yang menderita dan memilukan. Dia jarang sekali menceritakan dirinya melainkan selalu mendengarkan cerita teman-temannya, dia suka membicarakan kebaikan-kebaikan orang lain, ketimbang menceritakan keburukan orang lain, lain halnya dengan kita.

Sekarang permasalahannya adalah bagaimana penyakit kibir ini dan apa penyebabnya orang terjangkit kibir? Saya kembali pada teori awal apa yang rusak pada kekuatan-kekuatan kita, mana yang rusak? Kekuatan akalnya yang rusak, dia salah memandang dirinya. Kemarin kita sudah bahas teori kejujuran, kalau dia jujur bahwa dirinya hamba maka dia tidak mempunyai kelayakan untuk merusak kejujuran tadi. Berarti ada satu hal yang harus dirubah yaitu kekuatan akal yang tidak menimbulkan kejujuran dalam melihat fungsi, satu hal yang harus kita sadari bahwa kita adalah wakil, wakil biasanya harus mengikuti yang diwakili.

Pada suatu hari pernah ada Bupati Jawa Tengah menggantikan Gubernur Jawa Tengah, karena tidak bisa hadir makanya diwakilkan oleh Bupati. Bupati tersebut menyampaikan suratnya Gubernur walaupun kelihatannya lucu, Saya melihat semestinya kita sebagai Allah begini, walaupun Allah tidak menyuruh kita takut padanya. Kembali pada cerita tadi, sebelum Bupati tersebut membacakan isi suratnya, dia mengatakan bismillahi rohman hirohim dengan gayanya dia, dalam gaya bicara ini merupakan sesi yang paling penting. Kata Bupati, saya diminta oleh Bapak Gubernur untuk menyampaikan surat ini, disini saya akan membacakan suratnya Bapak Gubernur dan saya wakilnya Bapak Gubernur tidak boleh menambahi ataupun mengurangi isi surat ini “Bismillahi rahman hirahim”, (dalam konteks ini dia orang pinter tetapi kenapa bacaannya tidak fasih). Sebab dituliskan dalam naskah Indonesia, pembacaan surat-pun berlanjut; Assalamu`alaikumnya Ass. Wr. Wb. Ini kitab suci tidak boleh salah, walapun salah, dalam hati saya al-Quran itu harusnya tidak boleh ditambahi ataupun dikurangi walapun disitu yang dibacakan bukan al-Quran, disitu saya berfikir seharusnya pemimpin manusia dan wakil Tuhan seharusnya seperti itu. Kemudian, ytht bapak dua D, ibu dunia titik, disitu tidak boleh menafsirkan apapun baca saja, apa yang sudah ada disitu (apa adanya). Baru setelah ditutup, dia mengatakan bahwa tafsir Bapak Bupati terhadap suratnya, begitupun kita tidak boleh menambahkan al-Quran tetapi kalau menafsirkan silahkan. Karena, orang yang mu`jizatpun berubah sebagai wakil dia tidak mempunyai hak, kalau dia melakukan perubahan berarti dia sudah terjangkit penyakit kibir, kibir disini bisa takabur dan seterusnya.

Alasannya, ada kibir karena adanya kerusakan kekuatan akal, karena kalau kibir sudah berubah menjadi takabur akan rusak lagi yang lainnya. Orang takaburkan ingin mendapatkan al-Manzilah al-Hamidah bila nas: kedudukan lebih mulia dengan kesombongan yang masih terdapat kekurangan, berarti yang rusak bukanlah kekuatan akal saja melainkan kekuatan emosinya pun rusak. Kalau sudah menimpahkan banyak semua orang, akan menimbulkan haus kekuasan. Kalau orang yang sudah terkena penyakit kibir dibiarkan maka akan merusak semua kekuatan diri, Fir`aun dikatakan rusak karena secara mental pada dirinya memang sudah rusak, kekuatan yang ada pada dirinya rusak semua, oleh karena itu seperti yang tadi sudah dikatakan ilmu akhlak kibir, takabur, dan istikbal dalam satu paket jika berada pada satu orang, maka orang tersebut sulit diperbaiki karena semuanya sudah rusak, mobil kalau sudah rusak didorong-dorong dia akan tetap begitu saja, apa yang sebenarnya menyebabkan lahirnya kibir pada diri manusia? Seperti yang sudah dijelaskan diatas, penyakit itu ada karena ada kerusakan pada akal, sehingga orang tersebut tidak jujur dalam melihat fungsi dirinya.

Berlanjut dari itu, bagaimana agar kibir tidak berkembang biak pada diri manusia? Ada orang yang berkata pada Allah, tetapi dengan kesombongan “Allahu akbar” dalam hati dia berkata: “yang pantas jadi imam seharusnya saya bukan dia”. Kalau di Pesantren kan akhi dan ukhti apa kabar? Disana dia ingin menciptakan bahwa dirinya orang rendah hati, imaj berkembang dimana-mana, dia selalu tampil dan ingin mengangkat dirinya serta menciptakan kibir. Sampai ada kata-kata akhi-akhian dan ukhti-ukhtian hanya sebatas ingin mengangkat dirinya semata. Begitupun waktu saya mondok tidak jauh beda, ya ukhti. Adapun cara untuk menghilangkan kibir sebagai berikut:

a. Ada seorang sufi pada abad ke-17 namanya Syah Abdul Waqih dari Yaman, kalau tadi pandangannya dalam jami`atu sa`adah, kalau ini berbeda bahasanya tetapi kitabnya sama. Kitab yang saya baca kitabIhyatul ulu karya an-Naraqi, dan kitab-kitab lainnya. Pertama: adalah tidak butuh yang namanya kepintaran. Makanya, orang dikatakan sombong fidolalil madmudin, kalau setiap orang sadar dirinya berasal dari benih yang bau, yang luar biasa, namun pada dasarnya menjijikan makin lama makin bau─yang namanya air sperma kalau dia sadar itulah dirinya. Kalau berpatokan pada Nabi Adam, Nabi Adam berasal dari tanah yang sederhana tetapi bagaimanapun mahluk Allah tidak ada yang sederhana, akan tetapi pembelajaran kita ini paling sederhana. Kala kita kembali melihat asal perjanjian kita, kita tidak akan sombong, cuman yang jadi masalah kita tidak pernah melakukan tafakur terhadap asal usul kejadian kita.

b. Orang itu kalau takabur, yang ditakaburi itu apa? Hatinya yang ikhlas, tidak ada orang sombong hatinya ikhlas, apa yang ditakaburi? Kelebihan yang bisa dilihat orang, bersifat fisik, pemikiran yang sudah disampaikan dalam tulisan, dalam ceramah-ceramah, seminar-seminar, badannyalah yang dia takaburi. Seluruh tubuhnya yang cantik, mobil mewah, rumahnya yang hebat, semuanya kala dia seminar bersifat fisik. Kesadaran yang kedua ini penting, menurut kita nanti dari asal usul yang bersifat fisik berkembang ujung-ujungnya kita akan mati, kalau sudah mati maka yang kita sombongkan akan menjadi bangkai pula.

Itulah yang sering kita anggap tidak sombong padahal itu semua salah, setiap orang sombong tidak ada ruhnya, dia mengatakan bahwa ruhnya berbeda dengan Tuhan makanya dia mensombongkan dirinya dan itu benar kalau tubuh kita berasal dari tanah pada akhirnya kita akan kembali pada tanah juga. Jadi, ifah dalam artian kalau kita menganggap kita adalah sebagian kita maka itulah orang mutakabir─yang namanya saya itu adalah badan dan kekayaannya. Ada beberapa prangkat dasar yang Tuhan berikan dalam istilah al-Quran namanya as-Syama, al-Bashor, al-Afidah (akal dan hati) merupakan bagian terpenting dari jiwa. Anda hari ini tanpa telingah bisa mendengar tidak omongan saya? Anda hari ini tanpa al-Bashor bisa tidak memvisualisasikan gerakan saya? Walaupun ada orang tidak bisa melihat, tetapi bisa membayangkan, setelah anda mendengar dari telinga anda, melihat dengan mata anda, maka tangkap dengan baik, anda simpan dimana? Setelah itu anda akan menyimpannya diakal anda, setelah anda simpan anda analisa.

Mungkin anda pernah mendengar dari dosen mata kuliah lain, disitulah ada keramaian karena anda membanding-bandingkan dengan yang lain, dan disinilah pusatnya terjadi diskusi. Karena, anda sudah terbiasa melakukan itu tidak membutuhkan waktu yang lama, kemudian anda menyuruh hati anda untuk mengatakan ini dan itu─hati andalah yang menyuruh itu semua. Setiap manusia berbeda-beda walaupun objek yang didengarnya sama, ada yang mengatakan apa adanya dan ada juga yang menuliskannya berbeda, ada perbandingan dan macam-macam. Dalam badan kita yang kecil ini sangat ramai, lebih ramai dari pada mall, sangat ramai luar biasa sampai menghasilkan tulisan ataupun karya. Alam mikro kita ini sangat luar biasa satu, dua, dan tiga ini membutuhkan ilmu─itu yang memberi orang tua kita apa Tuhan? Tuhan-lah yang memberikan tidak pernah orang tua kita membelikan kita telinga, hidung, akal, dan sebagainya. Alam sekalipun tidak seperti manusia, Tuhan cuman bilang: “Saya sudah buat satu perangkat berbentuk televisi, ada telinga, mata, tolong jangan bergibah makan-lah halalan thoyiban seperti ungkapan Bang Toyib jangan lupa makanlah yang thoyiban.

Thoyibah adalah makanan yang sehat untuk badan, makanlah makanan yang halal makanya dikatakanhalalan thoyiban, halal untuk hati kita, thoyibah untuk jasmani kita. Dalam pondok biasanya makanan walaupun jatuh dikatakan rizqi minaallah, padahal kotor karena terjatuh ditempat yang bau dikatakanhalalan thoyiban, banyak anak-anak pondok pesantren yang begitu kalau panjang umur Alhamdulillahtetapi kalaupun mati, matinya husnul khotimah, karena yang dimakan halal-halal dan kotor-kotor. Janganlah makan, makanan yang ada sasanya itu sangat merusak sekali, walapun bakso enak jangan terlalu sering makan bakso yang mengadung sasa─akan merusak akal kita. Terkadang manusia dalam hidupnya tidak memiliki motto tetapi makanannya mengandung moto (sasa) semua.

  1. Ini sangat butuh ilmu, kita bukan sepenuhnya milik kita akan tetapi milik kekasih kita (Tuhan), buktinya kalau anda sakit panas dingin, badan anda gemetar kalau badan itu milik anda suruh badan anda berhenti untuk tidak gemetar. Itu menujukkan bukti nyata kalau badan ini bukan milik kita, kalau milik kita perintahkan saja badan kita jangan sakit, dan gemar tetapi apa tetap saja badan kita sakit dan bergemetar. Berarti, badan ini milik Tuhan dan dia bergerak sesuai dengan hukum pemilik-Nya, makanya kalau dia sudah meninggal maka meninggalkan badan ini. Meninggal dalam bahasa ini meninggalkan badan, maka kita akan meninggalkan badan kitainnalillahi wa inna ilaihi rojiun: sesungguhnya kita akan kembali pada-Nya.

Anda rindu kembali tidak? Kayanya belum, tetapi anda rindu pulang kembali pada rumah anda tidak, anda rindu tidak kembali pada kosan anda’, dan ‘anda rindu tidak mengulangi masa-masa yang indah? Rindu sekali, berarti dalam diri kita sudah terciptakan rindu akan pulang. Anak kecil main dimana-mana tetap saja anak tersebut rindu akan pulang, permasalahannya adalah kita tidak pernah sadar rumah kita yang sebenarnya, pada dasarnya kita disisi Tuhan kalau kita rindu pada-Nya berarti menunjukan rindu yang sebenarnya pada rumah kita.

Kembali pada empat persoalan tadi bahwa kita mahluk Allah sehingga Dia layak, kita sebagai mahluk dengan segala macam kekurangan yang ada, menyembah Dia dan ini dibutuhkan kesadaran ilmu, ilmu yang diamalkan akan melahirkan iman. Jika ingin memperkaya diri sendiri sangat sederhana sekali, ingat asal kita dan merenungkan dengan hebat agar kita sadar akan diri kita dan berakhir jadi apa dari yang ketiga dan keempat.

Pertanyaan: kalau dalam istilah bahasa sombong bisa ditingkatan-tingkatan, tetapi kalau dalam bahasa Indonesia sombong itu hanya sombong saja tidak ada tingkatannya dan bagaimana cara menyingkapinya?

Jawaban: sulit, terjemahan itu kadang-kadang sulit untuk menerjemahkannya. Sombong seperti takabur membanggakan diri, sangat sulit untuk menerjemahkan yang sesungguhnya, makanya dalam mengkaji ilmu pengetahuan harus dilihat ilmu berasal dari bahasa mana? Baru kita mempelajari istilah-istilah, kan kita belajar Bahasa Arab adalah untuk memahami istilah yang dibuat oleh para ilmuan atau melalui sumber dari mana ilmu itu? Sumber dari mana ilmu dan itu sangat penting sekali, dari situ Anda melakukan penafsiran-penafsiran, Anda menganalisa apa yang anda ketahui, semisalkan; sadhro dalam Islam disitulah bagaimana anda memahami bahasa Arab terkadang lain, tetapi kalau dilihat dari sisi keilmuan memang sulit kita harus tahu terlebih dahulu. Ini hanyalah dasar, nanti setelah itu anda bisa mengangkat, misal anda jurusan TA study tafsir tematik sombong dalam al-Quran kemudian anda kumpulkan istilah ayat-ayat yang ada di al-Quran.

Khulasoh Kuliah Akhlak Ust Umar Ibrahim

Leave a comment