Mendaras Akhlak (Kuliah ke-4)

Sombong dan Pengaruhnya 

Hari ini kita akan berbicara tentang sombong, sudah siapkah Anda bersikap sombong? Kita akan berbicara tentang sombong, istilah sombong dari bahasa Arab takabur, salasun min umahati al-Afrod al-Fadhil, tiga bukan dari min sulasu umahat al-qalbiyah salasu indal nayali wa-naroqi. Pertama, adalah penyakit hati yang paling pokok, setiap istilah punya makna. Beda antara al-kibru dengan istikbar, lebih mana dahulu al-Kibru atau istikbar? Pertama adalah al-Kibru, yang kedua al-Khiyar, dan yang ketiga adalah al-Hasad atau al-IghidLimada hadihi salasa tu`kabar min umahati al-Kibru, ada cerita duhulu di IAIN ada kuliah bahasa Arab, semuanya yang digunakan bahasa Arab hingga akhirnya pelajarannya tidak dimengerti, semua mahasiswa belajarnya bahasa Arab dan mahasiswa mempunyai dua beban yaitu beban berbicara bahasa Arab dan mengetik makalah dengan bahasa Arab. Continue reading

Mendaras Akhlak (Kuliah ke-tiga)

Moral yang baik 

Kita, akan meneruskan pembicaraan kita tentang empat moral pertama, ada empat moral utama;asaja’a, al-Ifah, al-Adalah, ditulis oleh Ibnu Maskawai dan disini kita akan membicarakan tentang al-Jahi. Saya mempunyai pertanyaan pada anda? Anda yakin Tuhan Maha Melihat, kalau Anda melakukan kesalahan apa pengaruh pengetahuan Anda dengan perbuatan maksiat Anda? Pengaruh dari perbuatan buruk Saya, “apa pengaruh perbuatan maksiat Anda bagi pengetahuan Anda”, sebab korupsi enak, zinah enak, kalau bicara enak, ya enak. Di waktu pengetahuan Anda, Tuhan melihat Anda, sejauh mana pengaruhnya? Maksiat dilakukan tetapi Tuhan tahu, sejauh mana kok masih bisa melakukan, sejauh mana pengaruhnya?   Bagi Saya saat melakukan kesalahan, Saya melihat lagi bahwa Tuhan Maha Pengampun, pasti akan mengampuni, pertanyaannya adalah sejauh mana pengetahuan Anda terhadap maksiat yang Anda lakukan itu?  Seperti jangan mencuri karena Allah Maha Tahu, dia tahu bahwa Tuhan Maha Tahu, tetapi tetap saja dia mencuri, dia lebih menuhankan Satpam, realitanya seperti itu kan? Ternyata pengetahuan tidak mencegah seseorang untuk tidak berbuat kemaksiatan… Ilmu dalam artian ilmu yang diperoleh dari logika dan medianya adalah kita, kalau Saya tahu ini adalah warna biru Saya katakana biru, seandainya Anda tahu dan pengetahuan yang Anda peroleh dari indera Saya bilang pada Anda “ini warna hitam” percaya tidak? Bagaimana kalau Saya kasih uang satu Miliar, anak Anda Saya sekolahkan, Saya kasih rumah asalkan Anda harus mengatakan seperti yang Saya katakan “ini warna hitam”. Continue reading

Mendaras Akhlak (Kuliah ke-dua)

Menyelami Makna Malakah

Kemarin kita telah berbicara tentang pengertian akhlak, mungkin pelajaran ini akan sering kita ulang, dan ini adalah ikhtisar dari buku yang berjudul jami`atul sa`adah karangannya an-Naraqi, watak dari pada akhlak yaitu kecakapan dalam bahasa Arab disebut malakah. Kemarin kita sudah bahas tentang an-Nafs, termasuk di dalamnya adalah al-Qalb, disitulah tempat pusat kajian kita tentang akhlak. Setelah kita tarik dari pertemuan kemarin dan sekarang bahwa watak akhlak memiliki arti kecakapan atau yang biasa disebut dengan malakah. Malakah, bukan kita yang menciptakan tetapi Tuhan, kalau dalam bahasa yang lain disebut dengan talenta, memang Allah sudah menciptakan dalam diri manusia, bukan hasil dari usaha kita untuk menghasilkan malakah, tetapi dalam bentuk potensi. Anda hanya memilih potensi mana, malakah mana? Apakah  yang bersifat ijabiyah atau salbiyahIjabiyah memiliki arti positif, sedangkan salbiyahartinya negatif, terserah Anda mau memilih yang mana, Anda bebas memilih. Kita merupakan mahluk bebas, tetapi bebas kita terbatas kalau bebas kita mutlak berarti kita bisa menjadi Tuhan. Continue reading

Mendaras Akhlak (Kuliah pertama)

Menurut Profesor. Dr. Murthada Muthahari ilmuan tidak pernah tidur atau santai, seperti; duduk minum teh, tidak berpikir, lama kelamaan dia berpikir semua hal. Akhirnya, ketidaktenangan menjadi ketenangan. Pertanyaannya adalah bagaimana menjadikan ketidaktenangan itu sebagai ketenangan? Makanya, di waktu dia nganggur dia tidak berpikir, akhirnya dia tidak tenang. Banyak orang tidak begitu, hanya mencari hidup yang kira-kira tidak berpikir, tenang, dan santai.

Bahagia dan tidak bahagia itu berawal bagaimana Anda mendefinisikan keduanya dan menafsirkan hidup. Di waktu saya hidup 12 jam untuk pekerjaan itu merupakan kesenangan, kalau begitu apa bedanya Saya dengan orang yang memegang burung sambil menirukan suara burung? Sama-sama bahagia. Karenanya, hati-hatilah dalam menafsirkan segala istilah yang terkait dengan kehidupan. Jadi, itu berpengaruh pada prilog, bisa jadi orang-orang yang kelihatannya berat bagi Anda itu adalah orang yang paling mudah hidupnya ataupun sebaliknya. Continue reading

Diskusi Terbatas Universitas Paramadina: Perjumpaan Sains dan Agama

IMG_1444

Jakarta 05/03/2014. Dosen tamu STFI Sadra Ayatullah Muhammad Abdul Khudoi berkesempatatan memberikan materi dalam seminar internasional yang bertajuk “Perjumpaan Sains dan Agama” yang diselenggarkan oleh Fakuiltas Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, Selasa 5 Maret  2014. Hadir dalam seminar ini para akademis dan juga ratusan Mahasiswa. Tema seminar ini di angkat untuk memahami interaksi yang seharusnya terjadi antara doktrin-doktrin agama dengan fakta-fakta saintifik. Continue reading